Puskesmas Pulubala Gelar Lokakarya Lintas Sektor, Dorong Kerja Sama Cegah Stigma dan Diskriminasi HIV/AIDS

By Mohammad Rashya 19 Sep 2025, 12:44:42 WIB Berita Terkini
Puskesmas Pulubala Gelar Lokakarya Lintas Sektor, Dorong Kerja Sama Cegah Stigma dan Diskriminasi HIV/AIDS

Pulubala, 19 September 2025 – Aula Puskesmas Pulubala siang itu tampak ramai oleh hadirnya para pemangku kepentingan lintas sektor. Tepat pukul 09.30 Wita, kegiatan Rapat Mini Lokakarya Lintas Sektor Triwulan III resmi dimulai. Pertemuan ini menjadi ruang bersama untuk mengevaluasi pencapaian, membahas hambatan, serta merumuskan langkah ke depan demi peningkatan layanan kesehatan masyarakat di wilayah Kecamatan Pulubala, Kabupaten Gorontalo.

Kehadiran tokoh-tokoh penting menambah bobot rapat tersebut. Camat Pulubala, Fitriyati Pakaya, S.TP hadir bersama Kapten Inf Abd. K. Lessy selaku Danramil 1315-04/Tibawa, serta Mutar Rahim, S.Kep., Ns., M.Si selaku Kepala Puskesmas Pulubala. Tidak ketinggalan perwakilan Kapolsek Pulubala, Koordinator Wilayah Dinas Pendidikan, perwakilan Kepala KUA, Koordinator KB, para Kepala Desa se-Kecamatan Pulubala, staf Puskesmas, serta berbagai elemen terkait lainnya.

Rangkaian acara berjalan tertib, dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, diikuti Mars Puskesmas yang menggema penuh semangat. Sambutan pembuka dari Kepala Puskesmas Pulubala memberikan gambaran umum mengenai capaian dan tantangan yang dihadapi. Dalam paparannya, ia menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor karena kesehatan masyarakat bukan hanya tanggung jawab tenaga medis, melainkan juga seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah.

Selanjutnya, Camat Pulubala dalam sambutannya sekaligus membuka secara resmi kegiatan lokakarya. Ia menegaskan bahwa tantangan kesehatan masyarakat dewasa ini semakin kompleks. Dari masalah klasik seperti rendahnya kunjungan Posyandu hingga tantangan baru berupa penyebaran HIV/AIDS, semua membutuhkan sinergi lintas sektor. Menurutnya, masyarakat perlu terus diedukasi agar lebih memahami pentingnya pencegahan dan pola hidup sehat.

Dalam sesi pemaparan hasil, terungkap bahwa rata-rata desa di Kecamatan Pulubala masih menunjukkan rendahnya kunjungan ke Posyandu. Beberapa alasan yang disampaikan cukup beragam, mulai dari masyarakat yang merasa imunisasi anaknya sudah lengkap, hingga faktor eksternal seperti musim panen dan musim pesta yang membuat warga lebih sibuk. Kondisi medan dan jarak ke Posyandu yang sulit dijangkau pun menjadi kendala tersendiri.

Lebih jauh, persoalan kurangnya pemahaman masyarakat tentang HIV/AIDS juga mendapat sorotan. Banyak yang merasa tidak berada dalam kelompok berisiko, sehingga mengabaikan potensi penularan. Padahal, rendahnya kesadaran ini bisa membuka peluang penyebaran penyakit secara diam-diam.

Selain itu, kendala lain yang turut disampaikan adalah keterbatasan stok obat bagi pasien ODGJ. Hal ini menyebabkan putus obat, yang pada akhirnya berdampak pada ketidakstabilan kondisi pasien dan ketidaknyamanan bagi keluarga maupun lingkungan sekitar. Kurangnya keterlibatan keluarga dalam mendampingi pasien saat kontrol atau minum obat juga menjadi persoalan serius.

Kendala teknis lain pun muncul, seperti kesulitan dalam pendataan pasien, terbatasnya alat tes cepat atau RDT, hingga adanya lokasi tempat tinggal penderita yang sangat sulit dijangkau. Semua ini memperlihatkan bahwa kesehatan masyarakat tidak hanya menyangkut aspek medis, tetapi juga infrastruktur, kepedulian sosial, hingga pola pikir masyarakat.

Meski demikian, berbagai upaya telah dan akan terus dilakukan. Kolaborasi dengan pihak-pihak terkait seperti Pokja 4 dan Dasawisma menjadi salah satu strategi penting. Penyuluhan dan edukasi akan lebih digiatkan, khususnya bagi ibu hamil, bayi, dan balita. Sosialisasi mengenai bahaya HIV/AIDS serta pentingnya tes HIV juga menjadi agenda prioritas.

Selain itu, penekanan pada penghapusan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) kembali ditegaskan. Konseling yang berkualitas, ramah, dan berkelanjutan dinilai sangat penting agar masyarakat tidak merasa sendiri dalam menghadapi penyakit ini.

Rapat yang berlangsung penuh makna ini akhirnya ditutup pada pukul 11.30 Wita. Seluruh peserta sepakat bahwa tantangan kesehatan di Kecamatan Pulubala memerlukan solusi komprehensif dan kerja sama lintas sektor yang lebih erat. Dengan kebersamaan, diharapkan masyarakat Pulubala dapat menikmati layanan kesehatan yang lebih baik, inklusif, dan berkelanjutan.




Write a Facebook Comment

Komentar dari Facebook

View all comments

Write a comment